Penelitian Tentang Vape (rokok elektrik) -Vaporizer atau vape yakni alat sederhana yang dapat menyalurkan nikotin melalui sistem kerja baterai ke dalam badan manusia. Nikotin dalam aneka macam macam dosis dihisap oleh pengguna melalui tabung. Kebanyakan vaporizer terdiri dari beberapa konten: sebuah baterai litium yang dapat diisi ulang, sebuah atomizer (yang memanaskan cairan sehingga tercipta uap), dan sebuah tabung (Salmon, 2009).
Saat ini, menggunakan vaporizer merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai pengganti rokok, alasannya vape tidak mengandung tar dan karbonmonoksida yang terkandung di rokok tembakau, tetapi tetap mengandung senyawa nikotin yang dapat diturunkan dosisnya sampai dosis 0 miligram (Garner, 2014).
Meskipun jumlah materi kimia yang ditemukan di rokok elektrik lebih sedikit dibanding rokok tembakau, chromium dan nikel ditemukan 4 kali lipat lebih banyak dalam beberapa jenis liquid vaporizer dibanding rokok tembakau (Saffari & Daher, 2014). Liquid vaporizer dan voltase pada baterai memiliki komponen yang berbahaya dan akan semakin berbahaya pada device yang memiliki high-voltage (Kosmider, 2014).
Dalam penelitiannya Indra et., al. (2015) yang berjudul Gambaran Psikologis Perokok Tembakau Yang Beralih Menggunakan Rokok Elektrik (Vaporizer), Empat dari lima responden menyampaikan persepsi bahwa vaporizer aman, nyaman, dan lebih sehat yang kemudian diterjemahkan oleh peneliti dalam kategori persepsi positif. Robbins (2002) mengemukakan bahwa persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau info dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang dibutuhkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya persepsi positif seseorang alasannya adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya pengetahuan individu, serta adanya pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan.
Hasil penelitian Indra et., al. (2015) didukung oleh penelitian Pearson (2011) yang berjudul “E-cigarette awareness, use, and harm perceptions in US adults” yang menyebutkan bahwa rata-rata orang kulit putih, perokok tembakau, bawah umur muda, dan tamatan sekolah menengah atas atau diploma memiliki persepsi bahwa vaporizer lebih aman dibanding rokok tembakau.
Selain itu Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Choi (2012) yang berjudul “Characteristics associated with awareness, perceptions, and use of electronic nicotine delivery systems among young US midwestern adults” menyatakan bahwa 44.5% baiklah bahwa vaporizer dapat membantu orang berhenti merokok tembakau, 42.8% baiklah jikalau vaporizer lebih sedikit mengandung racun dibanding rokok tembakau, dan 26.3% baiklah vaporizer lebih sedikit membuat kecanduan dibanding rokok tembakau.
Penelitian yang dilakukan Dawkins (2013) yang berjudul “Vaping profiles and preferences: An online survey of electronic cigarette users” yang mengatakan vaporizer secara umum sangat menyenangkan digunakan. Penelitian yang dilakukan McQueen (2011) juga menyebutkan bahwa respondennya mengatakan manfaat dari vaporizer bagi mereka lebih membuat mereka senang dengan amis dan biayanya ditambah lagi pernapasan mereka semakin membaik dibanding ketika merokok tembakau.
Sumber:
0 comments:
Posting Komentar